Jumat, 29 November 2013

Uang dan Kebahagiaan, Apa Hubungannya?

Ada banyak hal yang akan membuat kita menderita—kehilangan teman, tidak memiliki pekerjaan, atau sakit. Dan masih banyak lagi. Hanya sedikit yang berkaitan dengan uang dan memperoleh atau membelanjakan uang. Ingatlah: · Terlalu sedikit uang bisa membuat Anda menderita. · Terlalu banyak uang bisa membuat Anda menderita. · Terlalu banyak barang bisa membuat Anda menderita. · Tidak cukup barang bisa membuat Anda menderita. Pahami sejak awal bahwa uang dan kebahagiaan bukan dua hal yang sama. Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Inilah kesalahan yang sering dibuat oleh banyak orang. Jangan membuat kesalahan yang sama. Anda bisa miskin namun bahagia. Anda bisa kaya sekaligus bahagia. Anda juga bisa miskin atau kaya dan menderita. Jika Anda mencari kekayaan untuk membuat Anda bahagia, Anda akan kecewa. Jika Anda mencari uang agar lebih berkuasa/lebih muda/lebih seksi/lebih penting/lebih menarik/terlihat lebih baik/apa pun, maka Anda akan kecewa. Maaf, tapi uang tidak bisa mewujudkan hal-hal tersebut. Dalam kepala Anda mungkin. Di kepala orang lain mungkin. Namun tidak dalam kenyataannya. Anda bisa menjadi seperti itu semua dengan uang. Itu benar. Tapi, bukan uang yang mewujudkannya. Tombolnya ditekan di kepala Anda terlebih dahulu. Uang hanyalah placebo, bukan obat. Kita pernah melihat pemenang lotere yang membeli rumah besar tapi menderita karena telah meninggalkan teman-temannya. Atau pengusaha kaya yang rugi besar dan mengakhiri hidupnya hanya karena merasa tidak memiliki apa-apa. Tapi kita tidak akan membuat kesalahan seperti itu karena kita akan mempraktikkan Aturan ini dengan cerdas dan memahami hubungan antara uang dan kebahagiaan. Mungkin Anda bertanya, apa sebenarnya Aturan ini? Apa yang harus saya lakukan? Jawabannya, tidak ada, kecuali tidak berharap terlalu banyak dari uang dan tidak membeli sesuatu dengan harapan akan membuat Anda bahagia – tidak akan. Ketika mereka menciptakan mobil BMW baru, mereka tidak menciptakan kebahagiaan. Jadi, ketika pertama kali Anda duduk di dalamnya atau membelinya dan merasa fantastik – saya tidak menyangkal orang-orang yang merasa hebat karena membeli barang – bukan perasaan itu yang Anda beli. Perasaan itu ada di dalam diri Anda. Intinya, apa yang bisa dilakukan uang adalah menghapuskan banyak ketidakbahagiaan. Tidak lebih dari itu. Sumber: The Rules of Wealth, Richard Templar, Esensi 2009.

Kamis, 21 November 2013

SOK ALIM, SOK SUCI..!! APAKAH KAMU SUDAH BENAR?


BANYAK ORANG BERKATA: SOK ALIM, SOK SUCI, URUS SAJA DIRI SENDIRI ! APA KAMU SUDAH ALIM, SUDAH SUCI ? APA KAMU SUDAH BENAR ? TAK PERLU CAMPURI URUSAN ORANG LAIN !

Jika Rasulullah Muhammad ﷺ hanya mengurus akhlak diri sendiri saja, dan hanya keluarganya saja, ga usah ngurusin orang lain, maka mungkin saat ini indahnya islam sebagai agama dan jalan hidup tidak akan pernah sampai kepada kita
Jika Rasulullah Muhammad ﷺ hanya mengurus akhlak diri sendiri saja, ga usah ngurusin orang lain, mungkin kita masih Animisme, Dinamisme menyembah pohon tua, batu besar, tumbal orang ke kawah gunung berapi dan sebagainya.

Tahukah saudara jika dakwah menyampaikan suatu kebenaran bukan cuma tugas ustadz tapi KEWAJIBAN SETIAP MUSLIM?
Qs.3:20 Kewajiban kamu hanyalah menyampaikan
Qs.42:48 Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan
Qs.16:82 Kewajiban yang dibebankan atasmu hanyalah menyampaikan


Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ


 “Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” [Al Jaami' Ash Shogir, no. 11608]

Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ


“Barangsiapa memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana ganjaran orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ


“Jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga orang Arab saat itu).” [HR. Bukhari dan Muslim]

Sampaikanlah dariku meski cuma satu ayat. HR.Muslim – Bukhari
Tidak sempurna iman seorang muslim sampai dia menyayangi muslim lain seperti dirinya sendiri. Dan salah satu wujud sayang itu ialah amar ma’ruf nahi munkar.

"Tetapi bagi sebagian orang (kalangan kerabat dan teman) ada yang merasa tidak suka ketika kita memanfaatkan facebook untuk dakwah menyampaikan suatu kebenaran. Sehingga bermunculan orang-orang yang mengatakan, sok suci , sok, alim, sok bijak dan lain sebagainya!"


"Abaikan mereka, meski ada yang mencaci maki, meski ada yang mengatakan sok alim." Biarkan anjing menggonggong..[karena memang hanya itu yang bisa dilakukan oleh anjing]

Bukankah perkataan yang indah dan baik di sisi-Nya mengajak kebaikan. Kenapa kita malah marah ketika ada yang menasehati. seharusnya itu bisa menjadi muhasabah buat diri kita. Manusia adalah makhluk yang lemah dan serba kekurangan, janganlah sombong merasa diri sudah benar. Orang yang sombong adalah orang yang tidak mau mendengar dan menerima kebenaran. Ketika kebenaran itu telah datang padanya ia malah mengolok-ngolokkan. Sedangkan seorang Khalifah saja ketika di muhasabah ummat ia terima.

Apakah benar dan dibenarkan bila kita menjadi Sok Alim, Sok Bijak, Sok Baik, Sok Suci, dan sok-sok lainnya?


“Suatu perbuatan yang dikatakan sok, itu artinya perbuatan tersebut dilakukan secara berpura-pura. Atau bukan merupakan tabiat asli kita.  Dan berpura-pura selama ditujukan untuk membentuk karakter diri pribadi sebagai suatu pembelajaran sebelum kita meraih kondisi yang diharapkan, maka itu adalah suatu cara yang benar dan dibenarkan.”

“Yang tidak benar, adalah bila perilaku sok tersebut ditujukan untuk sekedar sombong-sombongan atau sekedar ingin mendapat pujian dari orang lain..”
  
Dasarnya begini :
Pikiran Alam Bawah sadar tidak bisa membedakan antara sungguh-sungguh atau sekedar pura-pura. Apapun pesan yang disampaikan oleh pikiran sadar anda, baik nyata atau sekedar imajinasi. Semuanya akan ditanggapi dengan serius oleh fikiran bawah sadar dan dijadikan perintah untuk ditindak lanjuti. Alam bawah sadar adalah Bawahan pikiran sadar yang sangat patuh.


Jadi, bila saat ini ini anda belum bisa menjadi orang yang baik, belum bisa menjadi orang yang bijak, alim, suci, dan lain sebagainya. Namun anda berpura-pura saja anda sudah menjadi orang baik, orang alim, orang suci, dll. Serta anda dalam setiap perkataan dan perberbuatan seolah-olah anda adalah demikian. Maka lambat laun tapi pasti, anda akan betul-betul menjadi orang yang baik, dan orang yang bijak.

Bukalah hatimu teman, ia yang menegur dan memberi nasihat padamu karna ia sayang padamu bukan membencimu. Hanya orang-orang pedulilah yang mau mengurusi orang lain kepada kebaikan. Ambilah hikmah dari kata-katanya, belum tentu esok engkau mendapatkan teman seperti itu. Suatu saat engkau akan mencarinya juga. Semoga bermanfaat..!!!

Selasa, 08 Januari 2013

Mengelola Berita & Mensikapi Perbedaan


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS 49: 6)

Saudaraku seiman rahimakumullah, mari kita buka kembali lembaran sejarah Rasulullah saw. Betapa susahnya beliau ketika tersebar berita bohong tentang perselingkuhan antara istri beliau Aisyah ra dengan Shafwan ra yang dimotori oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Padahal keduanya adalah orang-orang yang mulia dan bersih dari tuduhan kotor itu. Akan tetapi berita bohong sudah terlanjur menyebar ke seluruh pelosok negeri, banyak orang termakan olehnya, dan menciptakan instabilitas di dalam rumah tangga Rasulullah saw.

Di era Teknologi Informasi ini umat Islam harus belajar lebih disiplin dalam mengelola arus informasi yang mempunyai potensi ditumpangi oleh berita bohong. Yang pertama yang harus diperhatikan adalah tanggung-jawab kita sesama muslim yang digambarkan oleh Rasulullah saw bagaikan satu bangunan untuk saling melindungi dan saling mengokohkan satu bagian terhadap yang lain. Begitu pula untuk saling menutup aib satu terhadap yang lain, agar Allah menutup aib kita kelak di akherat. Untuk itu ketika kita mendengar berita yang tidak baik yang ditujukan kepada saudara kita sesama muslim, maka mestinya sikap yang kita tunjukkan adalah tidak percaya kepada berita tersebut, sampai kita mendapatkan bukti atau kesaksian dari orang yang diberitakan tersebut.

Ke dua, selalu ada dua sisi dari sebuah mata uang. Maka ketika menanggapi sebuah berita hendaknya kita tidak memandangnya dari satu sisi saja. Tidak hanya mempercayai satu pihak saja (yang memberitakan) tetapi juga mempertim-bangkan pandangan pihak lain yang menjadi obyek berita. Jangan sampai kita menjadi Dajjal (Pembohong) yang digambarkan oleh Rasulullah saw bermata satu, yang memandang persoalan hanya dengan sebelah mata. Allah swt mengingatkan jangan karena kebencian kita terhadap suatu kaum menyebabkan kita berbuat tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. (QS 5: 8).

Yang ketiga kalau kita mendengar berita miring tentang orang Islam atau sekelompok umat Islam hendaknya kita bertabayun, seperti dalam ayat yang dikutip di atas (QS 49: 6). Hendaknya kita menguji kebenaran berita tersebut kepada orang yang diberitakan dan mencari informasi terkait dari banyak pihak. Sehingga kita tidak keliru dalam mensikapinya dan tidak menimpakan mushibah kepada orang lain.
Seandainya kita menjadi anggota dari satu kumpulan masyarakat yang hidup secara berjama'ah,

maka tips yang ke empat Allah swt menuntunkan kepada kita untuk segera menyampaikan berita tersebut kepada pimpinan kita (QS 4: 83). Apalagi terhadap berita tentang keamanan. Berita yang belum jelas kebenarannya dapat menimbulkan masalah di tengah-tengah umat. Sehingga lebih aman bila ditangani oleh pimpinan. Setiap warga yang ingin mengetahui kebenaran berita itu dapat mengakses langsung kepada pimpinan mereka.

Ke lima, dengan ikhlas karena Allah semata kita menyampaikan teguran, nasehat dan saran yang membangun kalau kita menjumpai saudara kita dalam kekeliruan. Allah menuntun kita untuk tawashau bilhaq, tawashau bishshabr, dan tawashau bilmarhamah. Bahkan seandainya pimpinan melakukan kesalahan hendaknya sebagai makmum kita dengan ikhlas menyampaikan teguran. Rasulullah saw memberitakan bahwa orang beriman itu tidak keberatan melakukan tiga hal yakni beramal ikhlas karena Allah, menegur pimpinan, dan tetap berada dalam jama'ah.

Yang ke enam, di dalam menegur jangan ada perasaan sombong di dalam hati kita. Jangan sampai merasa bahwa diri kita lebih baik dari orang yang kita tegur. Mungkin dia salah atau jelek dalam satu hal, tetapi dia pasti memiliki kebaikan dalam banyak hal. Jangan pula merasa diri kita suci, hanya Allah saja yang mengetahui orang yang bertakwa (QS 53: 32).

Yang ke tujuh demi keselamatan kita masing-masing di hadapan Mahkamah Agung fi yaumilhisab kelak hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan orang lain (QS 49: 12). Biasanya orang yang mencari kesalahan orang lain itu disebabkan karena kekerdilan jiwanya. Sesak dada dan sempit hatinya ketika melihat kemajuan orang lain. Sehingga muncul niat jahat untuk menghambat, menjegal, bahkan merobohkannya. Persis seperti sikap orang-orang munafik yang diberitakan Allah dalam QS 4: 61 (Kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.)

Yang ke delapan dengan semangat kebersamaan mari kita sama-sama ruju' ilal-haq. Lapang dada dalam menerima kebenaran meskipun berbeda dengan pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan kita selama ini. Kita harus yakin al haq itu datangnya dari Allah, maka hendaknya kita tidak ragu-ragu dalam mengikutinya (QS 2: 147).

Yang terakhir, hendaknya kita berlapang dada dalam menerima perbedaan dan pandai mengembangkan sikap toleran. Jangan sampai kita menganggap orang yang berbeda pendapat sebagai lawan yang harus dijatuhkan. Mari kita sama-sama belajar dari Rasulullah saw dan para sahabat dalam mengelola perbedaan. Semoga Allah swt membimbing kita menuju persatuan, amin