Rabu, 07 Desember 2011

MEMAAFKAN

Bayangkan jika perut Anda mules tapi Anda manahan diri untuk tidak mengeluarkan kotoran di perut Anda dengan alasan “Rugi dong kalau saya keluarin, enak di toilet gak enak di saya”, nah menurut Anda apakah itu sebuah pernyataan yang wajar?
Begitu pula dengan orang yang enggan memaafkan, berarti ia enggan mengeluarkan dan melepaskan kotoran dari hatinya. Dan ia pun mengatakan “Rugi dong saya maafin dia, enak di dia gak enak di saya”. Itu sebabnya orang yang enggan memaafkan maka ia akan sangat mudah untuk hidup berpenyakitan, karena jiwanya dipenuhi dengan kotoran.
Bayangkan jika selama satu bulan Anda tidak BAB, tidak melepaskan kotoran dari perut Anda, apakah yang terjadi? Nah bayangkan juga jika Anda sudah satu bulan memendam kebencian terhadap seseorang, memendam kekesalan, kekecewaan, dan kemarahan, apakah yang akan terjadi dalam Jiwa Anda?
Itu sebabnya, salah satu cara tercepat untuk mati adalah “Jangan Pernah Memaafkan Siapa pun”.
Selain itu, Memaafkan akan mengundang Maaf dan ampunan dari Allah SWT. Ya, rupanya agar Anda lebih mudah mendapatkan ampunan dari Allah, Anda tidak hanya cukup minta ampun atau minta ma’af kepada ALLAH saja, tapi justru Anda harus juga bisa mema’afkan orang-orang yang telah membuat Anda kesal, jengkel, marah dan lain sebagainya. "Mema’afkan memang tidak mengubah apapun di masa lalu, tapi mema’afkan akan membuat hidup kita ke depan jauh lebih bercahaya dan lebih berbahagia..."

“Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau mema’afkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa.” (Q.S. 4:149).
“Jadilah engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” Q.S.7: 199.
Pastilah di antara kita tidak ada yang luput dari dosa. Banyak sekali dosa yang kita lakukan, ada yang besar dan ada yang dicicil setiap hari, sehingga akhirnya besar juga dosa kita. Tentu saja kita berharap sekali Allah mengampuni dosa-dosa kita, padahal di sisi lain kita sendiri enggan beristighfar atas dosa-dosa kita, bahkan kalau pun kita beristighfar, maka istighfar kita tidak sepenuh hati, itu sebabnya seringkali istighfar kita masih harus diistighfari.

Karena begitu banyaknya dosa yang kita lakukan, maka tentu saja kita sungguh berharap ampunan dari Allah. Namun begitulah manusia yang terlihat egois, mereka sangat ingin ampunan dari Allah tetapi mereka enggan mengampuni orang-orang yang telah menyakitinya. Mereka ingin dima’afkan oleh Allah tapi mereka enggan mema’afkan orang-orang yang telah mengecewakan mereka. Bahkan saking marahnya ia kepada orang itu, sampai ia mengucapkan “Kapok saya membantunya, gak lagi-lagi, kok air susu dibalas air tuba, memang dia orang yang tidak tahu terima kasih”, sehingga wajar saja jika Allah jauh-jauh sudah mengingatkan dalam Quran surat an-Nuur ayat 22 :

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”Q.S. 24:22

Jika kita ingin diampuni dosa-dosa kita oleh Allah, maka belajarlah untuk mema’afkan kesalahan orang-orang yang telah membuat kita kecewa. Semakin kita tidak mema’afkannya maka semakin jauh kita dari ampunan Allah, sehingga semakin terzalimilah diri kita, dan semakin menumpuklah dosa kita, dan semakin besarlah peluang kita masuk ke dalam neraka, na’udzubillahi min dzalik...

Berdasarkan penelitian, yang kami simak sebagian hasilnya di www.hidayatullah.com ternyata mema’afkan itu bisa mengundang kesehatan jiwa dan raga. Semakin rutin seseorang itu mema’afkan, maka semakin bersih hatinya, maka semakin sehatlah jasadnya. Sehingga pantas saja jika Rosulullah saw bersabda “Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya. Dan jika ia jelek, maka jelek pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah Qolbu. (H.R. Bukhori dan Muslim)“

Ya, dengan mema’afkan berarti kita membersihkan Qobu kita, dan dengan kata lain berarti kita menyehatkan tubuh kita. Nah, dalam penelitian tersebut pun dijelaskan bahwa mema’afkan bisa membantu penyembuhan penyakit jantung, bahkan di kesaksian lain, sikap mema’afkan bisa membantu secara signifikan terhadap seseorang yang sudah divonis mati sebab penyakit kanker.

Selain itu rupanya, mema’afkan akan membuat orang yang kita ma’afkan enggan mengulangi kezaliman terhadap diri kita. Misalkan kalau hari ini Anda dizalimi oleh orang yang sama berulang kali, maka cobalah ma’afkan orang itu sepenuh hati maka lihatlah keajaiban yang terjadi.

Kalau hari ini istri kita kurang menurut kepada kita, maka ma’afkanlah semua kesalahan istri kita dan lihatlah keajaiban apa yang akan terjadi. Kalau hari ini anak kita kurang menurut kepada kita maka ma’afkanlah semua kesalahan anak-anak kita dan perhatikanlah perubahan dahsyat yang terjadi terhadap akhlak anak-anak kita. Termasuk ketika kita hari ini mungkin sering merasa kesal dengan tingkah tukang kebun kita, pembantu kita, supir kita, tetangga kita, teman-teman kita yang pernah menghina kita, saudara-saudara kita yang berhutang berulangkali karena menganggap kita kaya, atau bahkan kita kesal dengan kucing yang BAB / BAK sembarangan di rumah kita, tikus yang selalu lewat ketika kita tengah asyik bercengkrama dengan keluarga, dan lain sebagainya maka ma’afkanlah semua itu, dan insya Allah segala kekesalan kita akan terobati sebab semua kekesalan itu tak lagi terjadi terulangi.

Kalaulah kita buat daftar rasa sakit hati yang belum kita ma’afkan sejak kita baligh hingga usia kita seperti ini, pastilah sangat banyak sekali. Mungkin sebagian dari kekesalan itu sudah kita lupakan dalam pikiran sadar kita, tetapi sebagian yang lain belum bisa kita lupakan dari pikiran bawah sadar kita, yakni dari hati terdalam kita. Itu sebabnya Mema’afkan berbeda dengan Melupakan. Mungkin saja kita sudah melupakan semua peristiwa yang membuat kita sakit hati di masa lalu, tapi hati terdalam kita masih menyimpan memorinya. Mungkin saja kita telah melupakan orang yang telah menzalimi kita di waktu kita smp misalnya, tapi ketika kita bertemu kembali di masa kini dengannya maka kita kembali kesal dan marah kepada orang itu.

Ya, Marilah kita mema’afkan dengan sempurna, bukan sekedar melupakan, atau bahkan mencuekkan. Mema’afkan memang tidak mengubah masa lalu, tapi mema’afkan, akan memperindah kehidupan kita di hari ini dan di hari esok. Insya Allah, alhamdulillah, wallahu alam bish showab, Barokallahufiikum.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.“(Q.S. 3 : 159).

KANG ZEN,
www.cahaya-semesta.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar